Search

Review Film: Milea: Suara dari Dilan - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah cinta remaja Dilan dan Milea mungkin diceritakan telah berakhir pada Dilan 1991 yang tayang tahun lalu. Namun kini mereka kembali melalui film Milea: Suara dari Dilan, film ketiga sekaligus penutup dari trilogi saga Dilan.

Kisah Milea: Suara dari Dilan kini bukan lagi tentang sepasang muda-mudi SMA yang kembali berpacaran, melainkan suara hati Dilan yang tertuang selama menjalin asmara dengan Milea.

Dengan kata lain, Milea: Suara dari Dilan adalah klarifikasi Dilan (Iqbaal Ramadhan) atas kisah asmara dengan Milea (Vanesha Prescilla) yang dinarasikan dalam dua film sebelumnya.

Cerita dalam film ini sendiri pun masih mengadaptasi kisah dari novel yang ditulis Pidi Baiq.

Milea: Suara dari Dilan dibuka dengan sosok Dilan dewasa yang sedang menulis cerita cinta versinya usai membaca dua buku dari kisah yang diceritakan Milea.

Kisah dimulai dengan gambaran sekilas latar belakang keluarga dan masa kecil Dilan yang memang sudah cukup konyol sebelum bertemu Milea.

Setelah itu, 15 menit awal film dilanjutkan dengan sejumlah kilas balik atas 'PDKT' Dilan kepada Milea sampai akhirnya berpacaran, seperti yang diceritakan pada film pertama, Dilan 1990.

Ragam kilas balik ini cukup membantu bagi penonton pemula yang melewatkan dua film sebelumnya.

Sisanya, alur Milea: Suara dari Dilan dibuat maju-mundur dengan kejadian di Dilan 1991, terutama ketika hubungan Dilan-Milea mulai menghadapi konflik.

Di antara konflik tersebut adalah Dilan yang mulai cemburu dengan kehadiran pria lain di sisi Milea, hingga kemudian ia menyerah dengan Milea yang kukuh mengekang Dilan tak lagi bergabung dengan geng motor.

Review Film: Milea: Suara dari DilanReview Milea: Suara dari Dilan menilai film ini bukan lagi tentang sepasang muda-mudi SMA yang kembali berpacaran, melainkan suara hati Dilan yang tertuang selama menjalin asmara dengan Milea.: dok. Max Pictures/YouTube

Mengingat film ini dibuat bersamaan dengan Dilan 1991, detail teknis hingga peran tiap karakter tak mengalami perubahan berarti.

Termasuk berbagai kekurangan yang ada di film kedua, seperti rambut sambungan Vanesha yang mengganggu, riasan wajah yang terlalu menor untuk murid SMA, serta emosi beberapa karakter yang kurang sampai, pun masih ada dalam Milea: Suara dari Dilan.

Soal cerita, Fajar Bustomi yang dibantu sang empunya cerita, Pidi Baiq, dalam penyutradaraan memang terbilang setia dengan kisah novelnya. Penggambaran cerita sebagian besar sudah cukup mewakili dari yang ada dalam novel.

Akan tetapi, ketika cerita dipindahkan ke media film, rasanya cerita ini akan bisa lebih menarik bila sejak awal ada sudut pandang Dilan terlibat dalam dua film sebelumnya.


Model narasi yang saklek dengan novel itu membuat Milea: Suara dari Dilan sejatinya adalah kumpulan gambar nostalgia dari dua film sebelumnya, dengan beberapa adegan yang diperpanjang dan menampilkan suara hati Dilan.

Secara cerita, sudut pandang Dilan memang membuat cerita Dilan-Milea jadi lebih lengkap. Setidaknya, hal itu memberikan ruang 'pembelaan' kepada Dilan bahwa masalah antara dua remaja itu tak sepenuhnya salah pria muda itu semata.

Perpisahan Dilan-Milea pun pada akhirnya tergambar dengan jelas hanya karena emosi labil remaja dan gengsi semata, yang berujung penyesalan ketika sudah beranjak dewasa.

Hal itu terlihat dari rasa dan kenangan yang masih terlihat dari keduanya meski sudah memiliki pasangan masing-masing.

Review Film: Milea: Suara dari DilanReview Milea: Suara dari Dilan menilai film ini hanya menggambarkan problema cerita cinta remaja SMA yang tak berakhir bahagia. (dok. Max Pictures/YouTube)

Terlepas dari romansa hubungan Dilan-Milea yang membuat banyak penggemarnya galau, adegan ayah Dilan dalam film ini tak sanggup membuat penonton menguras air mata.

Ketidakmampuan itu karena nuansa yang terbangun dalam adegan tersebut kurang bisa dieksekusi secara natural.

Catatan lain dari Milea: Suara dari Dilan adalah penggambaran sosok pasangan itu kala sudah dewasa.

Sutradara dan film ini hanya bergantung pada perubahan tampilan luar dari Vanesha dan Iqbal untuk menunjukkan "sosok dewasa", alih-alih mematangkan dari segi emosi serta karakter.

Amat disayangkan tak ada perkembangan memuaskan dari dua karakter utama dalam Milea: Suara dari Dilan, selain dari remaja yang didandani selayaknya orang dewasa.

Secara keseluruhan, Milea: Suara dari Dilan yang tayang sejak 13 Februari 2020 di seluruh bioskop, hanya menggambarkan problema cerita cinta remaja SMA yang tak berakhir bahagia. Meski begitu, setidaknya film remaja ini menjadi penawar rindu para pencinta kisah Dilan dan Milea untuk sekadar bernostalgia.

[Gambas:Youtube]

(end)

Let's block ads! (Why?)



Hiburan - Terbaru - Google Berita
February 14, 2020 at 06:48PM
https://ift.tt/2vBFAXr

Review Film: Milea: Suara dari Dilan - CNN Indonesia
Hiburan - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/32kQdJC

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Review Film: Milea: Suara dari Dilan - CNN Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.